[Orific] Bukan Pujangga

1429490090902700291

 Dalam setiap romansa, selalu terselip rasa nelangsa.

Menggelikan, memang, tapi realitanya begitu. Pasalnya, saat ini Jelita Wulandari tengah mencicipi rasa pahit nelangsa dalam kisah romansa hidupnya.

Ia tidak sedang patah hati. Ia juga tidak sedang dihianati. Gadis itu hanya sedang jengkel setengah mati lantaran kekasihnya kelewat tidak romantis.

Jangan salah paham, romantis maksudnya bukan berarti Jelita berharap agar sang kekasih berpolah kelewat manis seperti memberi bunga, atau meneriakkan namanya di hadapan khalayak ramai. Bukan sikap romantis yang berlebihan seperti itu, hanya saja ia ingin kekasihnya bertindak sedikit peka.

Terkadang, Jelita ingin dipanggil dengan embel-embel Sayang, atau Honey seperti pasangan kekasih kebanyakan. Bukan hanya sekadar dipanggil Lita, atau bahkan dipanggil Silit* jika otak kekasihnya itu kebetulan sedang miring sebelah.

Untuk hal tersebut di atas, Jelita mencoba mahfum, lantaran Silit bisa dikategorikan sebagai panggilan kesayangan–yang menjijikkan.

Belum lagi kelakuan super-tidak-peka lain yang kadang-kadang bisa membuat aliran darah Jelita naik ke ubun-ubun. Sang kekasih selalu membalas pesan darinya begitu lambat dan singkat, berbanding terbalik dengan Jelita yang selalu berusaha membalas pesan sang kekasih sekilat mungkin, juga panjang; sepanjang rambut Rapunzel.

Untuk hal itu, lagi-lagi ia berusaha memahami kelakuan sang kekasih. Kebanyakan kaum Adam memang benci berbasa-basi, bukan?

Nama kekasihnya Pujangga, omong-omong, namun jangan harap jika nama seseorang mencerminkan kepribadian sang pemilik nama. Cih, omong kosong! Boro-boro menulis sebuah puisi untuk Jelita layaknya Pujangga sungguhan, mengucap kata cinta saja–sepertinya–tidak pernah.

Untuk kesekian kali, Jelita berbesar hati menerima kenyataan, mengingat kala diminta menjadi kekasih Pujangga dulu berdasarkan keputusan sepihak, tanpa ada pernyataan cinta, hanya dengan lontaran kalimat pemaksaan. “Pokoknya, mulai sekarang kamu pacarku, Lit.” Begitu kata Pujangga, waktu itu, dan entah dirasuki oleh angin apa, Jelita tak pernah protes. Diam-diam gadis itu juga jatuh hati, rupanya.

Akan tetapi, untuk kasus kali ini, Jelita tak lagi mampu menahan kekecewaannya. Tidak ada lagi analogi-analogi baik yang bisa ia pikirkan untuk memaklumi polah sang kekasih saat ini; saat dimana mereka berdua sedang berteduh dari guyuran hujan deras, di bawah atap teras sebuah kios kecil yang kebetulan sedang tutup.

“Ah, kamu sih kelamaan tadi, Lit!” gerutu Pujangga sembari sibuk menepuki jaketnya yang setengah basah.

Jelita memberengut. Harusnya ia yang marah, seperti tipikal wanita kebanyakan yang menyalahkan kekasihnya karena tidak membawa mantel hujan hingga membuat maskara dan eye linernya belepotan begini. Tatanan rambutnya pun berantakan sudah.

Paras Jelita tidaklah se-jelita namanya. Membutuhkan waktu berjam-jam baginya untuk mendandani diri agar terlihat sedikit lebih cantik, namun bukan pujian yang ia dapat, malah omelan. Sungguh gadis yang sangat beruntung.

Yang lebih menyebalkan bagi Jelita adalah keadaan di sekelilingnya. Ketika kekasihnya sibuk marah-marah, pasangan lain (yang kebetulan ikut berteduh) malah asyik saling memeluk untuk mengusir hawa dingin, para pejantan tangguh itu bahkan tak segan memberikan jaketnya pada kekasih mereka.

Hal itu membuat rasa iri menyelinapi sanubari. Pada akhirnya, Jelita hanya mampu memeluk tubuhnya sendiri.

“Kamu kedinginan, Lit?”

O-ho, sebagai gadis dengan harga diri tinggi, Jelita lekas menggeleng, padahal dalam hati ia berharap Pujangga peka; tahu diri.

Zonk.

Alih-alih peka, Pujangga malah merespon dengan: “Oh.”

Oh.

Cuma oh.

Tidak ada ritual penghibahan jaket, maupun pelukan hangat.

Tampaknya Jelita lupa bahwa bagi Pujangga: tidak adalah tidak, iya berarti iya. Lelaki itu tidak menerima kode-kode tersembunyi di dalamnya.

“Ngga, aku kedinginan.” Menyerah, Jelita akhirnya mengaku.

Lah, gimana sih? Tadi katanya enggak. Ya sudah, tunggu di sini bentar!

Tiba-tiba saja Pujangga sudah melesat dari sisinya, lantas menerobos guyuran hujan; pergi ke warung yang terletak di seberang jalan. Tak lama kemudian, lelaki dengan potongan rambut cepak itu datang kembali dengan tubuh basah kuyup serta membawa segelas teh hangat.

Nih, diminum, Lit.” Disodorkannya segelas teh tersebut pada Jelita, kemudian diterima oleh gadis itu disertai imbuhan kedua alis berjungkit sebagai respon.

Ngapain repot-repot beli ginian? ‘Kan kamu tinggal pinjemin jaketmu buat aku, atau….”

“Atau apa?”

“Atau, meluk gitu? Ah, lupain deh, Ngga!

Pujangga tertawa sejenak, kemudian maniknya berubah fokus menatap serius pada Jelita untuk menjelaskan sesuatu. “Lit, gini deh ya, jaketku udah basah, masa iya mau aku pinjemin buat kamu juga? Bukannya hangat, yang ada kamu nanti malah masuk angin.”

“Iya sih, tapi–“

“Terus, masalah meluk, bukannya aku nggak mau meluk kamu, aku pengen banget, malah, tapi nanti kalau kamu udah jadi istriku, paham?”

Jelita mengangguk lemah setelah tercenung sejemang lantaran terkesima oleh pernyataan sang kekasih. Sebelumnya, ia tak pernah tahu jika Pujangga menyayanginya sebesar ini. Pujangga yang satu ini mungkin serampangan, tidak peka, juga seenaknya sendiri, namun di balik itu semua, ternyata Pujangga merupakan sosok yang mencintainya dengan benar dan melindunginya dengan sungguh-sungguh.

Sudut bibir Jelita tersungging tatkala Pujangga berujar, “aku tuh sayang kamu, Silit.”

Jadi, mulai saat ini, Jelita tidak memerlukan Pujangga yang pandai merangkai kata-kata indah, juga tak lagi menginginkan Pujangga yang rutin mengirim bunga setiap hari. Ia hanya butuh seorang Pujangga yang menyayanginya dengan cara berbeda, Pujangga yang super tidak peka dan tidak romantis–namun, menggemaskan.

Iya, Jelita hanya butuh Pujangga yang satu ini; Pujangganya.

End

*Silit (bhs. Jawa) = pantat

A/n.

Aku gak lagi baper. Aku cuma lagi jijik sm tulisanku akhir2 ini. Haha.

Maap telah menodai mata kalian.

Mind to review?

#akubutuhilmu.

 

29 thoughts on “[Orific] Bukan Pujangga

  1. ASTAGA BECCAAAAA HAHAHAHAHAHA. asli pas kata s*l*t itu keluar aku ngakak kenceng bangeeeeet omg panggilan sayang apanyaaa itumaaah hahahahaa xD terus the way kamu nyeritain pujangga tuh emang awal awalnya bikin aku mikir: omg ini cowok peka sedikit kenapa sih :” sama yang pas bagian ujan cuma dibilang “oh” DAAAAMN HAHAHAHAHA KZL! buuuuut pas bagian pujangga cuma mau meluk jelita pas jelita udah jadi istrinya aja aku tuh yg senyum senyum sendiriiii arrgggh kamu mah ih bisa aja menjungkir-balikkan emosi dakuu ahahahhaa xD asli aku suka banget becc hihi. keep writing beccaaa♡♡♡

    1. Haai fika. Wkwkkw aku masih belon bisa move on sm genre2 komedi seenak jidat begini :((
      Tapi kan emg gt yha, ga semua cowok peka uhuhuuhu.
      Seneng deh kalau kamu suka, padahal aku gak pede mosting ini wkkwkw x)
      Makasih bgt udh mampirr:))

  2. ngga tau kenapa langsung ketawa pas ada kalimat ini “Pokoknya, mulai sekarang kamu pacarku, Lit.” haha maksa banget sih mas pujangga?! 😀

    nice ff authornim, romantisnya mas pujangga beda yaa… cepetan dinikahin aja deh mas itu mb lita nya. hoho

    keep writing authornim!!

  3. Haloooo~ kenalin dulu, rizky disini! xD
    Aku follow krn kmrn dpt rekomendasi blog ini dr blogger juga sih, buat belajar dan gali ilmu buat tulisan aku juga. Hehe ^^
    oke, kayaknya komenku bakal hampir sama kek yg di atas ⬆⬆ sebel makz sama pujangga tapi kemudian ‘kalau nanti kamu udah jadi istriku’ mencairkan semuanya. Bhaaaak langsung kesengsem xD
    di paragraf awal juga ada ‘hanya saja ia hanya ingin’ pengulangan hanya nya kok kurang sreg di aku. But yg lain rapih, nice story!

    1. Halo rizky rebecca disini, salam kenal:)
      Uwah. Iya ada pengulangan aku ga sadar, kebiasaan ngebeta stlh diposting x’)
      Makasiih yaa reviewnya ({})
      Dan makasih bgt udh baca:))

      1. Becca, salam kenal. Haha emang smthg bgt kalo ngebeta abis posting soalnya aku jg barusan kena (tp emg krn blm aku edit sih) hehe. Sip ^^

  4. Anjir mamih aku lagi mode gloomy dan mau meng-gloomy-kan perasaanku tapi tergoda baca dan hasilnya senyamsenyum gajelas mih tanggung jawab mih, kalo engga suruh dededeka yang tanggung jawab sama aku 😦 /salah/
    Terus itu note nya wai begitu, aku juga sedang jijik, kangen tulisan lawas yang sejatinya galebih bagus tapi entahlah……………………/kemudian kabur sevelum dimintain upeti karena curhat/plak/
    Bhay mih, tengs buat pujangganya kyaaaaaa /apasih/

    1. Kamu sih tergoda, padahal mami ga niat ngegodain (?)
      APA2AN DEDEDEKA SURUH TANGGUNG JAWAB, GA PAKE! ENAK AJA! *gloomy mode on*
      Aku juga kangen diriku yang dulu, yang (tetep) payah sih, tapi entahlah…
      Ini pasti gegara lat kan… mami jd webe butuh asupan kasih sayang dedejun /gak

      1. Webe apaan tulisannya masih bahenol gini
        Mamih mah balas dendam bawanya jun padahal lat gabawa pimon mamih mesti sengaja ini sengaja padahal dededeka sudah mau tanggung jawab /plak/

      2. Cukup badan owe yg bahenol lat, tulisan owe mah daridulu ttp anoreksia, kering kerontang.
        Mami ga balas dendam, cuma balas sungkawa aja kok(?)
        Jan bawa2 nama pimon, nanti kamu sial tujuh turunan lho.
        Dan itu, iya dededeka mau tanggung jawab… tp tanggung jawab sm mami, dededeka siap nafkahin mami /khayalan babu/

  5. kak aku berHAAAAAAAAAAAA panjang banget waktu ceritanya selesai ah sial itu apa yg meluk2 habis jadi istriku itu apa apaaaaa
    duh mesti belajar bikin romance with non-klise-ness *opotoh* seperti ini
    dan parah bgt itu panggilan sayangnya, betul2 si pujangga ini XD
    keep writing kak! sorry komennya kilat XD

    1. Hahaha kamu ber-Haaaa penjang karena ini super absurd, pake ada acara silit nyempil giduw, maapkeun kejayusan diri ini…
      Ihihik non klise ness dr hongkong, cowok kayak pujangga ini menjamur dimana2, lol.
      Thanks udh baca liaa:))

  6. Mamiiihh aku kok ngakak pas silit ya? Nggak nyangka kata kata itu bisa muncul di sini sumpah aku ngakak pas bagian ity. Dan bahasanya mamih astagaa keren banget. Suka juga pas bacanya cerita ngalir banget. Palagi mas pujangganya yang ngomong bagian akhir itu ughh berasa doi keren banget wkwkw. Keep writing mamih ❤

    1. Wyd, ngakak bayar. /dikeplak/
      Bahasa apa yg keren? Orang mami pake bahasa alien begini. Lol.
      Ngalir? Beneran? Aku seneng :))
      Pujangga memang keren, tapi masih lebih keren papi momon ^^
      Anw, terimakasih sudah mampir di lapak reyot ini:))

  7. ADUUHH MAMI PANGGILAN SAYANGNYA GITU BANGET YHAA AHAHHAHAHAHA /guling-guling/ cowo mah pada ga peka semua cedih atiku ;; u ;; tapi alibinya tentang meluk a6 juga wkwkwk uda siap di ajak ke pelaminan eea

    maaf komen nyampah, mamm :”

  8. AWKWKWKWKKWK INI APA AKU-NYA YANG PAS APA GIMANA DARI SEMALEM JOROK-JOROK MULU. SILIT. HAHAHAHA NGAKAK TAI.

    Aku tahu kayanya cowo yang nggak peka siapa.. HMM. Btw aku ngiranya ini galau, soalnya judulnya gini, terus di awal-awal juga nelangsa gitu (!?) Tapi ini endingnya kok E E E

    btw kak bec, Pujangga berujar, “aku tuh sayang kamu, Silit.” A di aku-nya belum dikapital ehehe (kampleng wae). Terus yang pengen, itu yg bener di kbbi pengin kak. Terus, kalo nggak salah ya (cmiiw!) kalo kak bec pengin kalimatnya nggak baku, kayaknya ngga usah di-italic ngga apa-apa deh (KAYANYA) (KAYANYA) biar nggak kebanyakan kata yg di-italic gitu kak ehehe tapi gatau yaaa coba nanti koreksi kalo salah (aku soalnya kurang tau juga, cuma sering liatnya gitu sih ehehe).

    Udah ah, beol sik.

    1. KAMU TA GARA2 KAMU AKU TERKONTAMINASI YG JOROK2 KAN UHUHUU.
      dan pertama2 maaciw udh bersedia mereview tulisan sampah kakakmu yg imut ini /ditendang
      Yg berujar itu akunya emg sengaja gak kapitas bikos tanda baca sebelumnya pake koma. Uhuhuhuu cmiiw.
      Lantas pengen itu ternyata di kbbi mmg pengin, wkwkwk, sorry my bad *peloq*
      Lantas yg di italic2 itu sesungguhnya aku sendiri juga pusying tujuh keliling, hamba pun lelah memilah mana yg harus diitalic, keknya emg kudu gitu kali ya dialognya ga kudu diitalic biar ga pusying, cmiiw.
      Cmiiw.
      Cmiiw.
      Cmiiw.
      Aku lg suka cmiiw, sounds kiyowo gitu kan, tp gagal kiyowo kalo kebayang kamu yg ngomong…. kalo namjoon yg ngomong sih oke /dibalang

  9. ANJING. Aku tuh rasanya mau ngomong anjing berkali-kali LOL, atau make bahasa sby aja? Janc*k? HAHAHA. SUMPAH YA INI TUH ANTARA KESEL KAKAK NGOMONGNYA JOROK MULU TAPI KOK MANIS.

    SAMPIS APAAN. JELITA PUJANGGA DIBILANG SAMPIS. DEFINISI BAGUS KAKAK TUH GIMANA SIH!?

    Btw, yang italic gak italic itu, menurutku gak di italic gak apa-apa, soalnya lebih terkesan emang berniat semi baku deh (gila ini nulis kalimat super gak efektif).

    Laf laf dari manusia sibuk ♥︎♥︎♥︎ HAHAHA

    1. Aku diumpat :’)
      Terimakasih ya cantik :’)
      /brb pinjem boneka santet/
      Wkwkkwkwkw
      Iya kaaannn itu sampis beneran 😦
      Yes, mulai sekaranh aku aku ikut ilmu tata dan sher, dialog gak pake miring2 /paan
      Makaseh yha org sibuk:)

  10. Boleh ngerusuh?
    Kak Beccaaa… Ini akuuu /terus?/
    ini apa sih Kaak, kenapa manis kek ginii? Akunya kan bapeeer, gak peka tapi kok ya romantis siiih, huhu
    sempet diem pas baca panggilan sayangnya, dan kesel pas bilang oh doang.

  11. Pertama, kenalin dulu ya. Namaku Cherry, reader baru ^^
    Dua, bacot plus ngerusuh dikit boleh ya? Wkwkwk
    KAKK!!!! INI BIKIN BAPER KUADRAT GILA KAKK!!! AKU SUKSES TOKOH PUJANGGA DISINI. NGEGEMESIN GITUUUU
    DAN YG WAKTU KATA ‘SILIT’ ITU AKU NGGAK BISA BERHENTI NGAKAK, SUMPAH… ITU PANGGILAN SAYANG VERSI APAAN COBAK XD XD XD XD XD
    Maap capslock jebol kakk… Orific nya bikin greget 😂😂 Pertama baca mikirnya ‘ini cowok nyebelin amat, sih’, tapi begitu baca lanjut… Surprise!! Kata2 pujangga yang itu (yang mana?) justru malah romantis banget..
    Keren, kakak sukses memutar balik emosiku.
    Keep writing!!!! ^^

    1. Haloo cherry, rebecca disini salam kenal:))
      Aku gatau sih kamu tiba2 nyasar kesini gmn ceritanya, tapi aku berharap kamu gak gumoh berkepanjangan kalo baca isi blog disini yg kebanyakan somplak.
      Ihihihihik.
      Dan makasih bgt yampun udh mampir, juga jangan lupakan mbak silit :’) /ditampar

Leave a reply to siluetjuliet Cancel reply